GKY Sydney Transformational Church - Transforming People To Transform World

View Original

Ketidakadilan Yakub dan Keadilan Allah

Bacaan Alkitab hari ini:

Kejadian 29

Suatu ketika ada sebuah berita yang sangat menarik di surat kabar. Berita itu menyangkut sebuah kasus penipuan yang memiliki unsur mistis. Berita itu menarik karena di antara para korban penipuan terdapat nama seseorang berinisial A yang merupakan mantan terpidana kasus penipuan dan penggelapan uang. Sungguh sangat ironis dan menggelikan bahwa sang penipu—yang sudah menerima hukuman atas perbuatannya—dapat tertipu untuk kasus yang mirip. Kira-kira demikianlah halnya dengan apa yang terjadi pada pasal 29 ini.

Di beberapa pasal sebelumnya, kita sudah membaca tentang kelakuan sang putra bungsu—Yakub—yang tega memeras Esau—abangnya sendiri—yang sedang dalam keadaan lelah dan lapar (25:29-34), serta bekerja sama dengan ibunya—Ribka—untuk menipu ayahnya sendiri—Ishak—agar memperoleh berkat kesulungan (27:1-29). Akibat perbuatannya sendiri, Yakub harus meninggalkan keluarganya untuk menyelamatkan diri dari ancaman Esau. Pada pasal 29 ini, diceritakan bahwa akhirnya Yakub sampai ke rumah pamannya sendiri—Laban—di Haran. Di sana, Yakub jatuh cinta pada Rahel—anak kedua sang paman—dan bersedia bekerja selama 7 tahun demi mendapatkan gadis itu. Akan tetapi, ternyata Yakub ditipu oleh Laban yang memberikan sang kakak (Lea)—bukan Rahel—sebagai istrinya. Untuk menebus Rahel—sang adik—Yakub terpaksa bekerja lagi selama 7 tahun berikutnya. Sungguh, peristiwa penipuan ini amat menyakitkan bagi Yakub. Akibat penipuan yang dilakukan Laban ini, Yakub berlaku tidak adil terhadap Lea, karena ia memang tidak mencintai Lea.

Perlakuan Yakub yang diskriminatif itu membuat Tuhan Allah yang setia dan adil itu segera membuka kandungan Lea—sehingga Lea bisa melahirkan empat anak laki-laki, yaitu Ruben, Simeon, Lewi, dan Yehuda—sedangkan Rahel belum melahirkan seorang anak pun. Kisah keluarga Yakub ini mengajarkan kepada kita bahwa Tuhan membenci ketidakadilan, dan Ia akan berpihak kepada orang yang menjadi korban. Prinsip keadilan Allah ini terlihat berulang kali dalam Alkitab, dan juga sering terlihat dalam kehidupan sehari-hari pada masa kini. Allah menuntut kita untuk berlaku adil terhadap sesama, di samping menuntut kita untuk berlaku setia dan rendah hati di hadapan Tuhan (Mikha 6:8). Bersediakah Anda untuk berlaku adil, setia, dan rendah hati? [Sung]