Tunduk Kepada Hikmat Allah
Bacaan Alkitab hari ini:
Ayub 39
Dalam pasal ini, TUHAN memberi tahu Ayub bahwa Dialah Sang Pemelihara semua makhluk hidup di bumi ini. TUHAN sudah mengatur dengan sedemikian bijaksana, sehingga semua makhluk hidup bisa bertahan hidup. Ayub sama sekali tidak bisa mengatur kehidupan makhluk hidup di bumi ini. Pada zaman ini pun, yang bisa dilakukan oleh para pecinta lingkngan hidup bukan mengatur alam supaya makhluk hidup (hewan) bisa tetap hidup, melainkan mengusahakan agar alam berada pada kondisi yang asli. Hewan-hewan liar yang tersesat dikembalikan ke habitatnya (lingkungannya) yang asli agar bisa bertahan hidup. Manusia tidak bisa merekayasa alam untuk membuat alam menjadi lebih baik, melainkan manusia hanya bisa berusaha agar alam tetap dalam kondisi asli yang sesuai dengan rancangan Allah. Berdasarkan kenyataan tentang hikmat Allah yang luar biasa dan kenyataan tentang ketidakberdayaan mausia, TUHAN berkata kepada Ayub, “Apakah si pengecam hendak berbantah dengan Yang Mahakuasa? Hendaklah yang mencela Allah menjawab!” (39:35). Terhadap pertanyaan tersebut, Ayub menjawab, “Sesungguhnya, aku ini terlalu hina; jawab apakah yang dapat kuberikan kepada-Mu? Mulutku kututup dengan tangan. Satu kali aku berbicara, tetapi tidak akan kuulangi; bahkan dua kali, tetapi tidak akan kulanjutkan.” (39:37-38). Ayub tunduk kepada hikmat Allah!
Apakah Anda bersedia untuk tunduk kepada hikmat Allah tanpa protes sedikit pun terhadap apa yang Allah izinkan terjadi dalam kehidupan Anda? Sesungguhnya, hidup mengikuti pengaturan TUHAN adalah hidup yang paling menyenangkan karena Dia tahu apa yang paling baik bagi kehidupan kita. Di dalam kebodohan kita, sering kali kita ingin menentukan sendiri apa yang baik bagi diri kita dan kemudian kita menemui kegagalan dan kekecewaan. Kita perlu senantiasa mengingat bahwa kita adalah makhluk yang memiliki pengetahuan terbatas. Kita hanya tahu apa yang masih dapat terjangkau oleh panca indra kita, tetapi kita sama sekali tidak bisa mengerti apa yang tidak kita lihat atau hal-hal apa yang akan terjadi di masa depan. Bagaimana mungkin kita—sebagai makhluk dengan pengetahuan yang sangat terbatas—bisa merasa lebih tahu dibandingkan Allah yang mahatahu dan mahabijak? Manusia yang bijaksana adalah manusia yang bersedia tunduk kepada hikmat Allah tanpa membantah! [P]