Berharga di Hadapan Allah
Bacaan Alkitab hari ini:
Matius 3
Setelah menjelaskan identitas Tuhan Yesus sebagai Mesias yang menggenapi nubuat Perjanjian Lama, Matius secara cepat melewati kehidupan masa kecil Tuhan Yesus untuk memusatkan perhatian pada persiapan dan pelayanan Tuhan Yesus. Matius mencatat tiga peristiwa dalam persiapan pelayanan Tuhan Yesus, yaitu kisah Yohanes Pembaptis (3:1-12), pembaptisan Tuhan Yesus (3:13-17), dan pencobaan Tuhan Yesus di padang gurun (4:1-11). Saat pembaptisan Yesus Kristus, Allah Bapa menyatakan, “Inilah anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan” (3:17). Apa yang membuat Allah Bapa berkenan kepada Yesus Kristus (Allah Anak)? Bukankah Tuhan Yesus belum melakukan pelayanan untuk Allah Bapa? Allah Bapa berkenan kepada Tuhan Yesus karena relasi yang terjalin antara Tuhan Yesus—Sang Allah Anak—dengan Allah Bapa, bukan karena apa yang telah Tuhan Yesus lakukan bagi Allah Bapa.
Di dunia yang penuh persaingan saat ini, sering kali rasa berharga hidup manusia ditentukan oleh apa/siapa yang dimiliki atau apa yang bisa dihasilkan. Manusia mengukur dirinya berharga bukan dari penilaian Allah, tetapi dari persepsi manusia atas prestasi atau koleksi yang dia miliki. Oleh karena itu, saat manusia tidak dapat mencapai standar yang dianggap berharga oleh dunia, tidak mengherankan bila manusia kehilangan harga diri dan alasan mengapa dia ada dalam dunia. Dari relasi antara Tuhan Yesus dengan Allah Bapa, kita bisa melihat bahwa satu-satunya alasan yang kokoh agar kita bisa merasa berharga dalam hidup ini adalah kesadaran bahwa kita adalah anak-anak Allah yang dikasihi dan diterima Allah apa adanya. Kita—yang semula adalah musuh Allah—telah diperdamaikan oleh Tuhan Yesus dan kita telah diadopsi menjadi anak-anak Allah. Inilah keunikan kekristenan: relasi kita dengan Tuhan seperti relasi anak dengan bapak. Seorang anak—meskipun cacat—sangat berharga bagi orang tuanya karena adanya relasi orang tua-anak.
Apa yang membuat Anda merasa berharga? Jika kita kehilangan pekerjaan, harta, kesehatan, pelayanan, keluarga, apakah kita masih menganggap diri kita berharga? Hidup manusia berharga bukan karena harta dan kuasa yang ia miliki, tetapi semata-mata karena penilaian Sang Pencipta—yaitu Allah—yang memandang diri kita berharga. Apa pun penilaian dunia terhadap diri kita, harga diri anak-anak Tuhan seharusnya hanya disandarkan pada penilaian Allah. [FL]