Allah Lebih Besar dari Masalah Anda
Mazmur 3
Pernahkah Anda mengalami kondisi saat seluruh dunia terasa seperti berkonspirasi memusuhi diri Anda, semua yang Anda kerjakan salah, dan orang yang dekat dengan diri Anda hanya menambah masalah? Jika Anda pernah atau sedang menghadapi masalah yang menumpuk yang membuat Anda sulit tidur atau tidak dapat tidur dengan tenang, Anda dapat berkaca dan belajar banyak dari Mazmur 3 ini.
Mazmur 3 ini ditulis oleh Daud saat ia lari dari Absalom (3:1), yaitu saat terjadinya peristiwa kudeta yang dilakukan oleh Absalom (2 Samuel 15). Absalom—anak kandung Daud—perlahan-lahan merebut hati rakyat dan mendeklarasikan diri sebagai raja Israel. Tidak hanya rakyat yang membelot, Ahitofel—penasihat kepercayaan Daud—juga turut membelot dan mendukung Absalom. Daud menyadari datangnya bahaya, sehingga ia segera melarikan diri dari Yerusalem bersama-sama dengan orang-orang kepercayaan yang masih setia kepadanya.
Mazmur 3 merekam kondisi jiwa Daud dalam situasi di atas. Jiwa-nya menyadari betapa banyak orang yang ingin menyingkirkannya, dan ia beranggapan bahwa tidak akan ada keselamatan baginya (3:2-3). Akan tetapi, Daud percaya penuh kepada Tuhan yang melindungi diri-nya dan mendengar keluh kesahnya (3:4-5). Di tengah tekanan, ia tetap bisa tidur. Tidur adalah kondisi tanpa perlawanan. Orang yang sedang tidur tidak bisa menyandang pedang atau mengangkat perisai. Tidur adalah kondisi tanpa perlindungan. Oleh karena itu, orang yang merasa tidak aman akan sulit tidur dan sulit beristirahat. Akan tetapi, Daud bisa tidur dan bangun sebab ia percaya bahwa Tuhan menjaganya (3: 6-7).
Mengapa Daud bisa tetap berharap kepada Allah? Tampaknya, Daud mengingat pertolongan Tuhan di masa lalu. Ayat 8 mengatakan bahwa Tuhan “telah” menghukum musuh-musuhnya sebagai rangkuman semua peristiwa yang terjadi di masa lalu. Mungkin ia mengingat bagaimana Tuhan menolong saat ia masih menggembalakan kambing domba sampai setelah ia menjadi raja.
Seperti Daud, kita perlu senantiasa mengingat bahwa sesungguhnya Allah lebih besar dari segala masalah kita. Ia tidak pernah meninggalkan kita dan senantiasa mendengar keluh kesah kita. Agar keyakinan kita kepada Allah semakin kuat saat menghadapi masalah, ingatlah segala kebaikan dan pertolongan Allah di masa lalu. [GI Williem Ferdinandus]