Tanggung Jawabnya Juga Besar
Bilangan 18
Harun berasal dari suku Lewi, suku yang dikhususkan Tuhan untuk melayani Dia dalam Kemah Pertemuan atau Kemah Suci dengan mempersembahkan korban dan menjadi perantara antara umat Israel dengan Allah. Dari antara keturunan Lewi, Tuhan memilih Harun dan keturunannya untuk menjadi imam. Walaupun Harun dan anakanaknya—seperti semua anggota suku Lewi yang lain—tidak menerima warisan tanah, mereka memperoleh hak untuk menerima persembahan khusus dari suku-suku Israel lainnya dan juga hak untuk memakan bagian korban yang dikhususkan bagi para imam (18:8-20). Suku Lewi memperoleh hak untuk menerima persepuluhan dari umat Israel di luar suku Lewi (18:21, 24). Akan tetapi, mereka juga harus memberikan persepuluhan—dari persembahan persepuluhan yang mereka terima— kepada Imam Harun (18:26-28). Suku Lewi harus melaksanakan semua tugas menyangkut Kemah Suci untuk menjaga agar hubungan umat Allah dengan TUHAN tetap baik, sehingga mereka tidak dimurkai TUHAN. Suku Lewi harus menjaga agar umat Allah (di luar suku Lewi) tidak memasuki Kemah Suci yang merupakan wilayah terlarang dengan ancaman hukuman mati bagi bukan imam yang menerobos masuk. Harun dan keturunannya harus menjalankan tugas keimaman, yaitu mempersembahkan korban. Mereka harus senantiasa menjaga kekudusan hidup. Bila melakukan pelanggaran, mereka harus segera datang meminta pengampunan dan membawa persembahan korban ke hadapan Tuhan agar Tuhan melayakkan mereka untuk kembali melayani Dia di Kemah Suci. Dalam 1 Petrus 2:9, semua orang percaya disebut sebagai imamat rajani yang bisa menjalin relasi secara langsung dengan Allah, sebagaimana imam pada zaman Musa yang mewakili umat Allah untuk mempersembahkan korban kepada Allah. Status sebagai imamat rajani mengharuskan setiap orang percaya untuk tekun menjalin relasi dengan Tuhan. Sebagian orang percaya dipanggil secara khusus untuk menjadi hamba Tuhan yang melayani penuh waktu. Hamba Tuhan penuh waktu harus setia melayani dan menjaga diri agar hidupnya menjadi teladan bagi orang-orang percaya yang lain. Dengan demikian, hidupnya berkenan di hadapan Tuhan dan dia bisa menjadi alat yang siap dipakai Tuhan untuk melakukan pekerjaan Allah di dunia ini. [GI Roni Tan]