Gereja Itu Milik Tuhan
1 Petrus 2:1-10
Gereja adalah milik Tuhan, baik dilihat dari sudut pandang universal maupun lokal. Secara universal, gereja mencakup semua orang percaya mulai dari orang percaya yang berkumpul saat peristiwa Pentakosta terjadi sampai orang percaya yang diangkat untuk bertemu Tuhan Yesus saat Tuhan Yesus datang kedua kali (1 Tesalonika 4:13-17). Tuhan Yesus memilih orang percaya dari segala suku bangsa untuk dihimpun dalam suatu kumpulan besar orang percaya yang disebut Eklesia. Orang-orang percaya itu sebelumnya hidup dalam kegelapan dosa, kemudian bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus serta berpindah kepada hidup dalam terang. Orang-orang percaya itu bukan hanya sekadar dipilih Tuhan, tetapi mereka ditebus dengan harga yang telah lunas dibayar (1 Korintus 6:20). Karena orang-orang percaya itu adalah milik Tuhan, maka Tuhan akan melindungi dan membela mereka dalam segala situasi. Karena Pemilik gereja adalah Tuhan yang kudus, maka orang percaya harus hidup dalam kekudusan. Orang percaya harus mencerminkan kekudusan Allah dalam setiap aspek kehidupan. Rasul Petrus menyebut orang-orang percaya sebagai umat kepunyaan Allah (1 Petrus 2:9). Pilihan Allah semata-mata didasarkan atas anuge-rah, bukan atas usaha atau jasa manusia. Akan tetapi, ingatlah bahwa anugerah Allah disertai tanggung jawab untuk meninggalkan dosa, bertumbuh secara rohani, serta melayani Tuhan dan sesama.
Dalam pengertian sebagai gereja lokal, gereja juga merupakan milik Tuhan. Gedung dan seluruh aset gereja lokal adalah milik Tuhan. Semestinya, saat anggota jemaat hendak memberi persembahan kepada Tuhan, uang yang hendak dipersembahkan itu telah didoakan dan disiapkan, lalu dipersembahkan dengan segenap hati. Dengan demikian, semua yang dipersembahkan kepada Tuhan telah dikuduskan untuk Tuhan dan menjadi milik Tuhan. Oleh karena itu, seorang pun tidak ada yang boleh mengklaim persembahan itu sebagai milik pribadi atau mengambilnya sebagai milik pribadi.
Ketika Bait Suci akan dibangun kembali, Tuhan bersabda kepada nabi Hagai bahwa segala kemegahan bait suci itu adalah milik Tuhan. Bait Suci itu dikuduskan (dikhususkan) untuk Tuhan, tidak boleh di najiskan dengan sikap, tindakan atau perlakuan yang sembrono (Hagai 2:7-20). Kiranya Tuhan menolong kita untuk menyadari hal ini! [GI Laazar Manuaim]