Gereja Yang Kudus dan Am
1 Korintus 3:10-17
Dalam pengakuan iman rasuli, kita menemukan perkataan “Gereja yang Kudus dan Am”. Dalam Alkitab, kata “gereja” atau “Jemaat” selalu menunjuk pada orang (segenap orang percaya), bukan pada tempat atau bangunan. Dr. Verkuyl menyimpulkan bahwa “Hakekat Gereja ialah umat Allah yang dipanggil dari antara segala bangsa, persekutuan orang-orang beriman dari segala zaman dan tempat, orang-orang jahat yang dibenarkan, dan kini dipanggil untuk memberitakan kebaikan Dia yang memanggil mereka keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib”.
Banyak kiasan dalam Alkitab yang menolong kita untuk mengerti makna gereja, yaitu antara lain: bangsa yang terpilih, umat yang kudus, imamat rajani, milik Allah, pengantin Kristus, dan bait Allah. Dengan kiasan-kiasan ini, orang percaya bertanggung jawab untuk hidup kudus di hadapan Allah (1 Petrus 1:15-16). Dalam perkataan “Gereja yang kudus dan am”, kata “kudus” berarti Allah memilih kita menjadi milik-Nya. Kita dikhususkan dari dunia ini untuk dipakai Allah. Kata “am” artinya umum atau universal. Jika kata “am” dipakai untuk gereja, maka gereja yang am berarti gereja yang bersifat universal atau yang maknanya adalah semua orang yang percaya kepada Yesus Kristus di seluruh dunia dan sepanjang masa, tanpa memandang denominasi. Orang-orang percaya ini dipanggil bukan hanya untuk mengenal Tuhan Yesus sebagai Juruselamat pribadi, tetapi juga untuk hidup bersama saudara seiman yang lain. Dalam pengertian inilah, kita disebut sebagai gereja yang kudus dan am.
Rasul Paulus mengingatkan jemaat di Korintus dan semua orang percaya akan sesuatu yang seharusnya sudah mereka ketahui, yaitu bahwa mereka adalah bait Allah. Bait Allah adalah tempat suci. Dalam pengertian ini, Rasul Paulus menggunakan kata Yunani naos (bait) untuk secara khusus menunjuk pada tempat kediaman Allah (1 Korintus 3:16). Jadi, Tuhan bukan hanya menciptakan kita, lalu bersikap tidak peduli. Akan tetapi, Ia memilih kita dari segala bangsa supaya kita menjadi terang dunia dan garam dunia yang memperkenalkan Allah dan kehendak-Nya terhadap dunia ini. Karena Allah yang kudus berkenan untuk berdiam dalam hidup kita, bolehkah kita hidup sembrono? Bolehkah kita meremehkan pilihan Tuhan atas diri kita dan kita tidak mempedulikan kehendak-Nya dalam kehidupan kita? [GI Laazar Manuain]