GKY Sydney Transformational Church - Transforming People To Transform World

View Original

Kekuatan dalam Kelemahan

2 Korintus 12:1-10

Walaupun Rasul Paulus pernah mendapat penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan khusus dari Tuhan tentang sorga, dia beranggapan bahwa sebenarnya tidak ada faedahnya menceritakan pengalaman-pengalaman itu kepada jemaat (12:1-4). Selain itu, Rasul Paulus juga menyadari bahwa menceritakan pengalaman-pengalaman itu bisa membuat dirinya jatuh ke dalam dosa kesombongan. Untuk mencegah agar Rasul Paulus tidak menjadi sombong, Tuhan memberi-kan suatu duri di dalam dagingnya (12:7). Kita tidak bisa memastikan apa yang dimaksud dengan “duri di dalam daging” ini, tetapi ada kemung-kinan bahwa yang dimaksud adalah suatu penyakit di bagian perut yang menimbulkan rasa sakit (misalnya sakit maag atau sakit karena ada batu empedu). Rasa sakit ini sangat mengganggu pelayanan Rasul Paulus, sehingga “duri di dalam daging” ini juga disebut sebagai “utusan Iblis” yang menggocoh (meninju dengan keras) agar Rasul Paulus tidak menjadi sombong karena pengalaman spiritual yang ia alami. Rasul Paulus telah tiga kali berseru (berdoa) kepada Tuhan agar ia dibebaskan dari gangguan “utusan Iblis” itu, tetapi Tuhan menjawab, "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Akhirnya, Rasul Paulus bisa menerima keadaan itu dan ia berkata, “Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.” (12:8-9). Kelemahan yang dia alami membuat ia bisa menikmati kekuatan yang berasal dari Tuhan (12:10).

Bacaan Alkitab hari ini merupakan peringatan bagi setiap orang yang memiliki kelebihan (kuasa, pengetahuan, kekayaan, pengalaman, dan sebagainya) agar tidak menjadi sombong, serta merupakan dorong-an bagi setiap orang yang memiliki kelemahan (penyakit, kesusahan) agar bergantung kepada kekuatan yang berasal dari Tuhan. Menyom-bongkan kelebihan maupun mengomel (mengeluh) karena kekurangan adalah dua penghalang yang membuat kita sulit mempersembahkan yang terbaik pada diri kita untuk kemuliaan Tuhan. Apakah Anda sering menyombongkan kelebihan Anda? Apakah Anda sudah bisa menerima semua kekurangan (penyakit, keterbatasan uang, keterbatasan pengetahuan, keterbatasan kuasa) dan tetap bisa bersyukur dalam segala situasi? [GI Purnama]