Pemahaman Kita Belum Utuh!
Bacaan Alkitab hari ini:
Ayub 34-35
Bila ketiga teman Ayub yang lain (Elifas, Bildad, dan Zofar) menuduh Ayub secara membuta (tidak berdasarkan fakta), Elihu menyerang Ayub berdasarkan perkataan Ayub sebelumnya. Dia mengkritik Ayub yang beranggapan bahwa Allah salah karena telah berlaku tidak semestinya terhadap dirinya dan bahwa tidak ada gunanya hidup berkenan kepada Allah (34:5-9). Elihu membela keadilan Allah dengan mengatakan bahwa Allah tidak bisa disebut curang karena Dialah yang menopang kehidupan di bumi ini (34:10-15). Allah adalah Pemegang kekuasaan yang tidak memihak siapa pun (34:16-20). Allah itu mahatahu, sedangkan pengetahuan Ayub amat terbatas (34:21-37). Sayangnya, Elihu juga membuat tuduhan yang berlebihan, yaitu dia mengatakan bahwa Ayub “mencari persekutuan dengan orang-orang yang melakukan kejahatan dan bergaul dengan orang-orang fasik” (34:8). Bila Ayub mengeluh karena penderitaan hebat yang dialaminya, tidak perlu Elihu menuduh bahwa keluhan itu merupakan pengaruh pergaulan dengan orang jahat dan orang fasik (orang yang tidak mempedulikan Tuhan). Walaupun benar bahwa “Ayub berbicara tanpa pengetahuan, dan perkataannya tidak mengandung pengertian” 34:35), tidak tepat bila Elihu mengatakan bahwa Ayub “menjawab seperti orang-orang jahat” (34:36). Perkataan Ayub disebabkan karena penderitaan yang dialaminya, bukan karena pengaruh pergaulan. Selanjutnya, dalam pasal 35, Elihu mencela Ayub yang membenarkan diri di hadapan Allah. karena sesungguhnya kebaikan atau kejahatan manusia tidak mempengaruhi Allah, melainkan mempengaruhi manusia.
Di 35:16, Elihu mengatakan bahwa Ayub berbicara tanpa pengertian. Akan tetapi, sebenarnya, memang seluruh diskusi yang terjadi di antara Ayub dengan semua teman-temannya ini dilakukan tanpa pengertian yang utuh! Elihu pun tidak memiliki pengertian yang utuh! Saat berusaha memahami tentang penderitaan yang dialami manusia, kita harus menyadari bahwa pengertian kita terbatas. Tidak mungkin kita memahami hikmat Allah secara utuh. Yang harus kita lakukan adalah mempercayai bahwa Allah itu baik dan adil walaupun kebaikan dan keadilan Allah itu tidak kita pahami sepenuhnya. Saat Anda mengalami keadaan yang buruk, apakah Anda bisa tetap mempercayai Allah? Saat kita bertemu dengan Tuhan Yesus, barulah semua hal menjadi jelas. [P]