Tragedi Ketidaksetiaan
Bacaan Alkitab hari ini:
1 Tawarikh 9-10
Peperangan bisa menghasilkan kemenangan atau kekalahan. Dalam 1 Tawarikh 10, dikisahkan tentang peperangan antara Raja Saul, anak–anaknya, dan pasukannya melawan bangsa Filistin. Dalam peperangan itu, pasukan Israel melarikan diri dan banyak anggota pasukan yang terbunuh. Bangsa Filistin mengejar dan menewaskan anak–anak Saul (10:1–3). Karena kuatir dipermalukan orang Filistin bila tertangkap, Raja Saul membunuh dirinya sendiri dengan pedang (10:4b). Setelah Raja Saul dan ketiga anaknya mati, bangsa Filistin merampas senjata mereka (10:8), memenggal kepala Saul (10:9), dan mengumumkan kemenangan mereka ke seluruh wilayah Filistin. Puncaknya, kepala Saul dipakukan di rumah Dagon (10:10). Ini merupakan suatu tragedi bagi bangsa Israel.
Apakah kekalahan bangsa Israel dan matinya Raja Saul berarti bahwa TUHAN tidak berdaya? Tidak! Kekalahan itu diizinkan TUHAN dan kematian Raja Saul itu merupakan hukuman TUHAN, bahkan penulis kitab Tawarikh mengatakan bahwa Tuhan sendirilah yang membunuh Saul (10:14) karena Raja Saul berlaku tidak setia, tidak berpegang pada firman TUHAN. Raja Saul telah berlaku tidak setia dengan bertindak membakar sendiri korban bakaran (1 Samuel 13:9-10) dan meminta petunjuk arwah (1 Samuel 28:7, 14). Konsekuensinya, dia NAJIS di mata TUHAN (Imamat 19:31), dia BERZINAH secara rohani sehingga dia DILENYAPKAN oleh TUHAN (Imamat 20:6). Akhir hidup Raja Saul menyedihkan karena ia dipermalukan begitu rupa setelah ia mati tanpa ada yang membela. TUHAN membiarkan Saul mati sebagai hukuman atas ketidaksetiaannya.Sadarkah Anda bahwa status dan panggilan sebagai anak-anak Allah disertai tuntutan untuk berlaku setia? [R]
Imamat 20:6
“Orang yang berpaling kepada arwah atau kepada roh–roh peramal, yakni yang berzinah dengan bertanya kepada mereka, Aku sendiri akan menentang orang itu dan melenyapkan dia dari tengah–tengah bangsanya.”